Potensi dan pola pemanfaatan Hutan Pangkuan Desa HPD Pitu dan Megeri

Judul: Potensi dan pola pemanfaatan Hutan Pangkuan Desa HPD Pitu dan Megeri

Penulis: Emma © 2017

Tahun 2017 ini Laboratorium Sistem Informasi Spasial dan Pemetaan Hutan (SISPH) berkolaborasi dengan semua laboratorium di lingkup Departemen Manajemen Hutan (Lab. Perencanaan dan Pembangunan Hutan, Lab. Pemanenan Hasil Hutan, Lab. Ekonomi dan Sosial Kehutanan, dan Lab. Komputasi dan Biometrika Hutan) menggagas dan menggarap penelitian dengan judul Model Pengelolaan Hutan Pangkuan Desa (HPD) untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Studi kasus di Desa Pitu dan Desa Megeri). Usulan penelitian diajukan dan disetujui didanai dengan dana Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri (DIPA-BPPTN) 2017.

Latar belakang

Kinerja Model Pengelolaan Hutan Pangkuan Desa (HPD) belum banyak dikaji secara komprehensif mengenai, mulai dari kondisi biofisik, ekonomi, dan sosialnya. Penelitian ini penting untuk segera dilaksanakan karena saat ini Universitas Gadjah Mada mendapatkan mandat untuk mengelola Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Penelitian dan Pengembangan (KHDTK Litbang) di Getas, Ngawi seluas hampir 11.000 ha, sementara kawasan tersebut sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani dengan programnya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang berbasis pada Hutan Pangkuan Desa. Untuk dapat memutuskan mengubah atau mengganti model pengelolaan yang sudah ada, UGM perlu untuk mengevaluasi apakah model kelola yang ada sekarang sudah cukup efisien atau masih perlu perbaikan.

Di mana KHDTK UGM yang dimaksud di atas? Di perbatasan Kab Blora dan Ngawi/ Jateng-Jatim.

Getas dari Kampus Fakultas Kehutanan UGM

Desa-desa di dalam dan sekitar KHDTK Getas

Tujuan

Lab SISPH berkolaborasi dengan Lab PPH dan Lab KBH mendapatkan amanah untuk menganalisis tujuan pertama dari penelitian besar tersebut, yaitu mengetahui potensi Hutan Pangkuan Desa HPD Pitu dan Megeri dan pola pemanfaatannya. Untuk menjawab tujuan ini, digunakan perpaduan teknik penginderaan jauh (PJ) dan inventarisasi terestris. Penelitian dilaksanakan selama Maret – Oktober 2017.

 

Metode

Data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu data hasil evaluasi potensi yang dilakukan oleh Perum Perhutani dan data primer pengukuran/ inventarisasi terestris berupa jenis tutupan lahan dan tegakan, jumlah pohon/ ha, tinggi, dbh, dan kondisi tajuk pohon di dalam plot pengukuran. Besar dan banyaknya plot sampel ditentukan berdasar kerapatan tajuk hasil interpretasi foto udara. Untuk tegakan jati pada KU I dan II digunakan luas PU 0,02 ha; KU III-IV seluas 0,04 ha; dan KU V ke atas serta untuk kayu rimba/ mahoni digunakan luas PU 0,1 ha. PU diletakkan secara sistematis dengan jarak 200m x 200m, sehingga intensitas sampling bervariasi sesuai jenis dan umur tegakan antara 0,5 – 2,5%. Data hasil inventarisasi dianalisis dengan menghitung jumlah pohon per hektar, rata-rata kuadrat diameter, kepadatan bidang dasar per hektar, dan volume kayu per hektar (m3/ha). Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk memetakan potensi sumberdaya hutan.

Interpretasi tutupan lahan pada foto udara dilakukan dengan metode object-based classification karena resolusi spasial citra yang sangat tinggi dan lebih mudah untuk menginterpretasi objek secara visual. Klasifikasi kerapatan dan diameter tajuk juga dilakukan untuk stratifikasi sampel PU di lapangan.

 

Hasil

Berikut adalah gambar kelas kerapatan tajuk yang ditemui di HPD Pitu dan Megeri.

Foto-foto Kelas kerapatan tajuk di HPD Pitu dan Megeri

Hasil interpretasi foto udara untuk klasifikasi kerapatan tegakan adalah sebagai berikut:

Tabel kelas kerapatan tegakan di HPD Pitu dan Megeri

Hasil pengukuran di lapangan dan kelas kerapatan hasil interpretasi dapat digambarkan dengan dua scater plot berikut, masing-masing untuk HPD Pitu dan Megeri.

Scatter plot volume (m3/ha) untuk masing-masing kelas kerapatan

Pemetaan potensi tegakan disajikan pada dua peta berikut.

Peta tutupan lahan dan kelas potensi tegakan HPD Pitu dan Megeri

 

Kesimpulan

  1. Potensi tegakan di HPD Pitu dan Megeri didominasi oleh jati dengan kerapatan sedang dan KU muda. Luasan tutupan lahan di kedua HPD masih didominasi ladang yang mengindikasikan kondisi penduduk kedua desa yang lapar lahan.
  2. Masyarakat Desa Pitu dan Desa Megeri memiliki interaksi yang cukup tinggi dengan kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai areal pertanian tanaman semusim, pengambilan rencek, kayu bakar, hijauan makanan ternak, dan juga pengambilan kayu perkakas.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.