Month: October 2016
Identidikasi Pola Pemanfaatan Lahan oleh Masyarakat di Hutan Pendidikan Wanagama I Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Keberadaan Hutan Pendidikan Wanagama (HPW) I telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat saat ini masih belum terkelola dengan baik. Adanya benturan kepentingan antara pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tujuan pengelolaan dari pihak pengelola HPW I dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap tercapainya tujuan pengelolaan hutan lestari bersama masyarakat. Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui pola sebaran spasial pemanfaatan lahan yang dilakukan masyarakat di HPW I, (2) mengetahui bentuk pemanfaatan lahan di HPW I, (3) menyusun rujukan desain kelola pemanfaatan lahan yang tepat untuk masyarakat di HPW I.
Analisis dan Proyeksi Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan di Hutan Pendidikan Wanagama 1 Dengan Celular Automata
Perubahan penutupan/ penggunaan lahan yang terjadi di Hutan Pendidikan Wanagama 1 dapat dimodelkan proyeksinya kedepan sehingga laju perubahan penutupan lahan yang terjadi dapat diduga karena sudah diketahui lokasi dan luasan lahan yang akan berubah kedepannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proyeksi perubahan penutupan lahan yang akan terjadi di Hutan Pendididikan Wanagama 1 (HPW 1) menggunakan aplikasi Cellular Automata Markov Chain (CAMC). Metode yang digunakan adalah simulasi, untuk pemodelan proyeksinya menggunakan CAMC. Proses proyeksi dimulai dengan mendapatkan transisi probabilitas dari MC, selanjutnya diproses menggunakan metode CA dengan dimasukkan variabel-variabel yang mempengaruhi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalan dan sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penutupan lahan yang terjadi di HPW 1 pada tahun 2005 -2012 dengan citra adalah lahan pola 2 dari lahan pola 1. Proyeksi ke tahun 2014 menggunakan CAMC hasilnya sama dengan penutupan lahan tahun 2012. Hasil proyeksi dilakukan validasi menggunakan data uji lapangan tahun 2014 dan didapatkan nilai sebesar 84%. Hasil validasi digunakan untuk melakukan proyeksi CAMC untuk 21 tahun kedepan. Pada tahun 2033 atau jangka waktu 21 tahun terjadi perubahan penutupan lahan dari lahan pola 1 ke lahan non hutan seluas 22,12 Ha atau 3,75% dari total luas HPW 1.
Perbandingan Metode Klasifikasi Digital Pada Citra Worldview- 2 Untuk Pemetaan Penutupan Lahan
Teknologi penginderaan jauh berkembang selaras dengan metode pemetaan penutupan lahan. Peta penutupan lahan dapat diperoleh melalui metode klasifikasi digital. Penelitian ini bertujuan membandingkan dua metode klasifikasi digital, yaitu berbasis piksel dan berbasis objek pada citra resolusi tinggi Worldview-2 di Hutan Pendidikan Wanagama I dengan standar klasifikasi penutupan lahan UNFAO dan BSNI untuk mendapatkan peta penutupan lahan terbaik dan faktor yang mempengaruhi akurasi hasil interpretasi.
Pemodelan Spasial Distribusi Gangguan Ekosistem di Hutan Pendidikan Wanagama I
Keberadaan Hutan Pendidikan Wanagama I (HPW I) sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari bentuk penggunaan lahan nonhutan di antara tegakan di HPW I. Penggunaan lahan nonhutan oleh masyarakat memiliki dampak terhadap tegakan di HPW I yang dapat dikuantifikasikan dengan luas bidang dasar (LBDS) tegakan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sebaran nilai LBDS di HPW I; (2) Mengetahui sebaran gangguan ekosistem HPW I akibat aktivitas manusia yang tinggal di sekitar HPW I; dan (3) Membangun model spasial gangguan ekosistem di HPW I.
Analisis Perubahan Penutupan Lahan Hutan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Pasca Erupsi
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengamati bentuk-bentuk perubahan penutupan lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang terjadi akibat erupsi Gunung Merapi. Seperti yang telah kita ketahui Gunung Merapi merupakan gunungapi aktif dan dalam beberapa dekade terakhir kerap mengalami erupsi baik besar maupun kecil. Ternyata, erupsi yang terjadi secara periodik tersebut selain mengancam flora dan fauna yang ada di dalam kawasan TNGM, juga mengancam terjadinya perubahan penutupan lahan hutan dan keberlangsungan kawasan hutan TNGM sebagai kawasan pelestarian alam. Maka dari itu diperlukan monitoring terhadap perubahan penutupan lahan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pembuatan zonasi TNGM. Penelitian ini menggunakan metode Object Based dan Trajectories Analysis. Metode Object Based digunakan untuk mengintepretasi citra agar diperoleh kelas penutupan lahan pada kawasan TNGM, sedangkan metode Trajectories Analysis digunakan untuk mengetahui pola perubahan penutupan lahan hutan pada kawasan TNGM. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penutupan lahan hutan TNGM pasca erupsi Merapi tahun 2006 dan 2010 sangat dinamis. Hal ini terbukti dari ditemukannya 8 pola perubahan penutupan lahan. Erupsi Merapi tahun 2006 dan tahun 2010 masing-masing mengakibatkan pengurangan luasan kawasan hutan sebesar 628,2 Ha dan 1.729,84 Ha. Rekomendasi zonasi TNGM jika dilihat dari perubahan penutupan lahan terbagi menjadi Zona Inti, Zona Rimba/Pemanfaatan, Zona Mitigasi/Rehabilitasi, Zona Tradisional, dan Zona Vulkanik.